"sejarah hidup nabi muhammad #3

Senin, 17 Oktober 2011

Salam






Bersambung lagi untuk Sejarah Hidup Muhammad dan kali ini adalah sambungan yang ke-3. Alhamdulillah aku selamat sampai dari Kelantan. Penat wooo drive, jauh betul Kelantan yek? Opsss kelaut pulak. Mari sambung :)


Sepeninggal datuknya Abdul Muttalib pengasuhan Muhammad dipegang oleh bapa saudaranya, Abu Talib. Sekalipun dia bukan yang tertua diantara saudara-saudaranya. Saudara tertua adalah Harith, tapi dia tidak seberapa mampu. Sebaliknya, Abbas yang mampu tapi dia kikir sekali dengan hartanya.

Abu Talib mempunyai perasaan paling halus dan terhormat di kalangan Quraisy. Abu Talib mencintai anak saudaranya itu sama seperti Abdul Muttalib , kerana kecintaannya itu ia mendahulukan anak saudaranya daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, itulah yang menarik hati bapa saudaranya.

Pada suatu ketika Abu Talib membawa Muhammad kecil, yang saat itu berusia 12 tahun dalam rombongan kafilah untuk berdagang ke Syam. Dalam perjalanan itulah ia bertemu dengan rahib Bahira, dan rahib itu melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristian.

Dalam perjalanan itu juga, sepasang mata Muhammad melihat luasnya padang pasir, menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit. Di Syam ini pula Muhammad mengetahui berita-berita tentang kerajaan Romawi dan agama Kristian, didengar berita tentang Kitab Suci mereka. Sekalipun usianya baru dua belas tahun, tapi Muhammad sudah mempunyai kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajaman otak, sudah mempunyai tinjauan yang begitu dalam sebagai suatu tanda persiapan akan menerima risalah (misi) Maha Besar. Ia melihat sekeliling dengan sikap menyelidik dan meneliti. Ia tidak puas terhadap yang didengar dan dilihatnya. Ia bertanya kepada diri sendiri: "Dimanakah kebenaran dari semua itu?"

Sejak masa kanak-kanak, Muhammad menunjukkan gejala kesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hati, sehingga penduduk Mekah semua memangilnya Al-Amin (yang dapat dipercaya). Muhammad membantu bapa saudaranya menggembala kambing. Dalam masa penggembalaan itulah Muhammad mempunyai kesempatan luas untuk merenung dan berfikir. Dengan rasa gembira ia menyebutkan saat-saat yang dialaminya pada waktu menggembala, diantaranya ia berkata: "Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing". Dan katanya lagi: "Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing".

Dalam suasana senyap dipadang gembala, dihamparan alam yang maha luas, ia mencari sesuatu penafsiran tentang penciptaan alam semesta. Pemikiran dan perenungan demikian membuat ia jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi. Ia berada jauh lebih tinggi dari itu. Kenikmatan jiwa yang paling besar ialah merasakan keindahan alam semesta. Bahagia karena mengabungkan alam kedalam diri dan merasakan nikmatnya berada dalam pelukan kalbu alam. Kenikmatan demikian tidak memerlukan kekayaan harta tapi memerlukan kekayaan jiwa yang kuat.

Insya'allah bersambung lagi  :)


0 komentar:

Posting Komentar